Namaku Fernanda. Tiga hari lagi aku akan menikah. Kalau ditanya apakah aku bahagia, tentu saja aku sangat bahagia. Bagaimana tidak? Aku akan menikahi orang yang sangat kucintai.
Hari ini, 15 November, hari di mana tahun lalu aku bertemu dengan Evan, kekasih hatiku. Pertemuan kami tidak disengaja. Berawal dari sebuah rasa penasaranku akan si empunya akun Twitter yang tweetnya hari itu banyak di-retweet oleh para followerku juga. Siapa sih dia?
Kulihat bio di profilenya. Singkat dan sederhana. Ia hanya menjelaskan bahwa ia adalah seorang penikmat senja. Tentu saja hal itu menggugahku. Aku sendiri sadar betul bahwa ia pasti seorang yang sangat romantis dan pemikir. Sama sepertiku.
Tak berapa lama akhirnya kamipun berkenalan dan saling nyambung. Aku yang terlebih dahulu memfollow dan menyapanya. Aku sadar bahwa rasa penasaranku pada dirinya itu tak biasa. Sekalipun mungkin aku pernah dikecewakan di dunia maya, tetapi entah mengapa dengannya aku merasa ia tak akan membuatku terluka.
Kami tinggal di kota yang berbeda. Sangat berbeda. Ia di Bandung, dan aku sendiri di Surabaya. Kegiatan kami setiap hari adalah mengejar senja. Saling mengirimkan foto hasil jepretan amatir dari handphone dan mengaguminya. Demikianlah kekaguman kami akhirnya membuat kami saling jatuh cinta. Ia hadir seperti seorang sahabat, seperti seorang pengagum, seperti seorang kakak, dan jauhnya jarak seperti tak pernah jadi masalah bagi kami. Kami tetap merasa dekat.
Selang dua bulan kedekatan tersebut, kami memutuskan untuk bertemu di pertengahan pulau Jawa. Jogja adalah kota yang kami pilih, karena rasanya cukup adil bila kami sama-sama harus menempuh jarak untuk bertemu. Di situlah kekagumanku semakin besar kepadanya. Demikianpun ia. Kami menghabiskan wkatu tiga hari untuk sekedar duduk ngobrol dan menikmati senja bersama. Tampaknya memang sederhana, tetapi dari situlah niatan kami terwujud untuk menikmati senja bersama sepanjang nafas kami.
Hubungan kami yang terpisah jarak tetap kami lanjutkan melalui dunia maya. Sekalipun beberapa teman menyangsikan dan meremehkan hubungan tersebut, aku masih tetap percaya. Namanya dunia maya kan hanya sebuah media, hanya sesuatu yang mempermudah kami untuk tetap berkomunikasi dan tetap dekat. "Ini kan sudah jaman modern, teknologi itu untuk membantu bukan untuk menipu. Sekalipun itu urusannya dengan hati," tegasku pada setiap mereka yang meragukan cintaku.
Kita Menikah!
Tiba-tiba muncul di sebuah senja di depanku, 29 Februari 2012, Evan melamarku. Hari yang sangat bersejarah dan tak setiap tahun terulang. Bahkan tanggalnya saja hanya terjadi 4 tahun sekali. Amazing! Evan memintaku untuk menjadi pasangan sehidup sematinya. Dan mengutarakan niatnya kepada kedua orang tuaku dengan penuh tanggung jawab.
Semua persiapanpun akhirnya kami lakukan. Dalam waktu yang relatif singkat. Kami menikah 18 November 2012 ini, dengan bekal keyakinan cinta dan warna warni cibiran akan hubungan kami.
Bahkan beberapa orang terdekat bertanya beberapa kali kepadaku, "kamu yakin? kamu kan hanya kenal lewat dunia maya saja?"
Anjing menggonggong, khafilah berlalu. Evan dan aku percaya, dunia maya hanyalah salah satu cara unik untuk kami bertemu. Soal hubungan dan keseriusan balik lagi kepada kami. Toh saat ini akhirnya kami satu kota, satu atap, satu hati dan satu jiwa.
Congrats Evan dan Fernanda. Selamat menempuh hidup baru bersama. Well, ladies... hanyalah harapan yang tetap akan menghidupkan cinta. Jika kita masih percaya pada harapan tersebut, tak mustahil cinta itu akan muncul kapan saja dan di mana saja. Dan mungkin cinta sejatimu akan kamu temui di m.panahcinta.com, sebuah room terpercaya di mana setiap hati menunggu bertemu separuh bagiannya yang hilang. Percayalah, mungkin itu kamu...
0 komentar:
Post a Comment